Kamis, 09 Maret 2017

TEORI KONSELING

TEORI-TEORI KONSELING

1.      Teori yang Berpusat Pada Klien
Menurut Rogers, konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau perwujudan diri. Dikatakan bahwa konsep diri atau struktur diri dapat di pandang sebagai konfigurasi konsepsi yang terorganisasikan tentang diri yang membawa kesadaran.
Proses Konseling
Pendekatan yang berpusat pada klien menggunakan sedikit teknik, akan tetapi menekankan sikap konselor. Teknik dasar adalah mencakup, mendengar, dan menyimak secara aktif, refleksi, klarifikasi, “ being here” bagi klien.
2.      Teori Trait & Factor
Konseling dengan pendekatan trait and factor mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Maka konseling yang directive ini disebut pula counseling centered atau konseling yang berpusat pada konselor. Dan konseling semacam inilah yang banyak dilakukan di sekolah-sekolah baik diluar negeri maupun di Indonesia.
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau suatu factor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan factor. Hasil yang mendasar bagi konseling sifat dan factor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.


Proses Konseling
a.       Tahap Analisis yaitu tahap dimana konselor mengumpulkan data-data dan informasi yang berhubungan dengan klien segubungan dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri, baik untuk masa sekarang maupun yang akan dating.
b.      Tahap Sintesis yaitu tahap yang dimana konselor mengatur dan merangkum data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan kemampuan penyesuaian diri klien.
c.       Tahap Diagnosis yaitu tahap menarik kesimpulan logis dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi klien. Terdapat 3 keggiatan yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan prognogis.
d.      Tahap Konseling yaitu tahap dimana konsrling dapat dipandang sebagai proses pemerian bentuan, tetapi juga dapat dipandang sebagai salah satu proses onseling. Pada tahap ini dilakukan pengembangan alternative pemecahan masalah, pengujian alternative dan pengambilan keputusan.
e.       Tahap Prognosis yaitu proses yang tidak terpisahkan dari diagnosis karena berkaitan dengan upaya memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada.

3.      Teori Psychoanalysis Teraphy
Seorang tokoh yang bernama Sigmund Freud (6 Mei 1856 – 23 September 1939), ia adalah seorang neurolog Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi, gerakan yang memopulerkan teori bahwa motif tak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku. Dalam menyembuhkan penderita tekanan psikologis, Freud menemukan metode pertama asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan. Kedua analisis mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan, dan berbagai macam aktifitas emosi lain, hingga aktifitas emosi yang sama sekali tidak disadari.
Proses Konseling
Dalam konseling psikoanalitik ini konselor diharapkan dapat membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar, antara lain:
Ø  Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.
Ø  Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran.
Ø  Mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
Ø  Satu karakteristik psikonalisa adalah bahwa analisis bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya.
Ø  Konselor harus membangun hubungan kerja sama dengan klien.
Ø  Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara sesungguhnya.
Ø  Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses jangka panjang.
Ø  Setelah beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas yaitu klien mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya.

4.      Teori Terapi Gestalt
Konsep dasar Gestalt lebih menekankan pada apa yang dialami oleh klien saat ini daripada hal-hal yang pernah dialami oleh klien, dengan kata lain, Gestalt lebih memusatkan pada bagian klien berperilaku, berpikiran, dan merasakan pada situasi saat ini sebagai usaha untuk memahami diri daripada mengapa klien berperilaku seperti itu.
Proses Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling Gestalt adalah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri. Konsep utama terapi Perls adalah Perls menyatakan bahwa individu, dalam hal ini manusia, selalu aktif sebagai keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata penjumlahan bagian-bagian atau organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya. Melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
Garis-garis besar terapi Gestalt, diantaranya:
ü  Fase pertama: membentuk pola pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien.
ü  Fase kedua: yang harus dilakukan pertama menimbulkan motivasi pada klien. Kedua menciptakan raport yaitu hubungan baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya klien bahwa segala usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
ü  Fase ketiga: klien didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertenuan terapi saat ini, bukan menceritakan masa lalu atau harapan-harapan masa datang.
ü  Fase terakhir: klien harus memiliki ciri-ciri yang menunjukkan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. Klien harus memiliki kepercayaaan pada potensinya

5.      Teori Konseling Rational Emitive Therapy (R.E.T)
Konsep dasar teori ini adalah bahwa pola berpikir manusia itu sangat dipengaruhi oleh emosi, demikian pula sebaliknya. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan atau sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrisik. Sedangkan pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tetentu pikiran seseorang (Surya, 1988).
Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan. TRE beranggapan bahwa setiap manusia yang normal memiliki pikiran, perasaan, dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran dan perilaku dan perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan.
Proses Konseling
Tujuan konseling Rational-Emotif antara lain:
ü  Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara barpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis.
ü  Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti: rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah.

6.      Teori Konseling Behavioristik
Teori ini dikembangkan oleh Arnold Lazarus (lahir 1932). Dalam konsep bahavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Tugas konselor terhadap klien dalam teori behavioral ini adalah mengaplikasikan prinsip dan mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif dengan perilaku yang lebih adaptif. Yaitu menyediakan sarana untuk mencapai sasaran klien, dengan membebaskan seseorang dari perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara umum (Corey, 1995).
Proses Konseling
Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980) konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. (Muhammad Surya, 2003:23)
Metode yang dapat digunakan adalah:
ü  Pendekatan operant learning hal yang penting adalah penguatan (reinforcement) yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
ü  Metode Unitative Learning atau social modeling diterapkan oleh konselor dengan merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.
ü  Metode Cognitive Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan.
ü  Emotional Learning atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan.

7.      Teori Konseling Humanistik
Psikologis Humanistik, Carl Rogers berpendapat bahwa : manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif. Manusia itu rasional, oleh karena itu dalam berbagai hal ia dapat menentukan nasibnya sendiri. Ini berarti bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri apabila diberikan kesempatan untuk berkembang. Dunia manusia adalah dunia kemungkinan (a process of becoming), dan ini berjalan terus menerus tidak pernah selesai. Jadi manusia itu sendirilah menggerakkan dirinya kearah mana yang diinginkan.
Pendekatan humanistik menyatakan bahwa diri terdiri dari konsep-konsep unik untuk diri kita sendiri komponen. Konsep- konsep tersebut antara lain :
ü  Cukup layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Rogers percaya perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia dini dan terbentuk dari interaksi anak dengan ibu dan ayah.
ü  Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita, yang penting untuk kesehatan psikologis yang baik. Citra diri termasuk pengaruh gambar tubuh kita pada kepribadian batin. Pada tingkat sederhana, kita mungkin menganggap diri sebagai orang baik atau buruk, indah atau jelek. Citra diri memiliki mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir merasa dan berperilaku di dunia.
ü  Ideal diri yaitu ingin menjadi seperti apa diri kita. Ini terdiri dari tujuan kita, ambisi dalam hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal diri pada anak bukanlah diri ideal di usia remaja kita atau akhir usia dua puluhan dll








KESIMPULAN

Ada banyak macam teori konseling, diantaranya yaitu:
a.      Teori yang berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau perwujudan diri. Dikatakan bahwa konsep diri atau struktur diri dapat di pandang sebagai konfigurasi konsepsi yang terorganisasikan tentang diri yang membawa kesadaran.
b.      Teori Konseling dengan pendekatan trait and factor mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya.
c.       Menurut Sigmund Freud Teori Psychoanalysis Teraphy gerakan yang memopulerkan teori bahwa motif tak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku.
d.      Konsep dasar Gestalt lebih menekankan pada apa yang dialami oleh klien saat ini daripada hal-hal yang pernah dialami oleh klien, atau lebih memusatkan pada bagian klien berperilaku, berpikiran, dan merasakan pada situasi saat ini sebagai usaha untuk memahami diri daripada mengapa klien berperilaku seperti itu
e.       Teori Konseling Rational Emitive Therapy (R.E.T) Konsep dasar teori ini adalah bahwa pola berpikir manusia itu sangat dipengaruhi oleh emosi. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan atau sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrisik
f.       Teori Behavioral yaitu merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
g.      Pada Teori Konseling Humanistik, Carl Rogers berpendapat bahwa : manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif.


Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar